Namrole, Orasirakyat.com
Kekecewaan ini mereka sampaikan lantaran sebelumnya mereka telah dijanjikan akan dibelikan rumah yang akan dijadikan asrama dengan nilai Rp. 200 juta.
Namun apa yang dijanjikan Kades Neath ternyata jauh dari kesepakatan yang disepakati bersama HPPMN.
"Kesepakatan awalanya pada tahun 2021 sampai pada bulan Januari tahun 2022 Kepala Desa Neath menyampaikan bahwa akan di beli Rumah langsung dengan harga sebesar Rp.200 juta bukan membeli lahan kosong," ujar Yermia Solissa mewakili HPPMN dalam rilis yang diterima media ini, Jumat (25/3/2022).
Menurut mereka, lahan yang bertempat di desa Passo (air besar) yang dibeli Kepala Desa terkesan dipaksakan karena tidak ada koordinasi dengan HPPMN.
Padahal HPPMN telah mencari rumah dengan besaran harga pembelian sesuai dengan yang telah disepakati secara bersama-sama.
"Kami sudah mendapatkan rumah, namun pada tanggal 19 dan 27 Februari tiba-tiba kepala desa yang waktu itu datang ke kota Ambon membuat pertemuan di kosan salah satu mahasiswa di Poka Rumah Tiga. Saat itu Kades menyampaikan hal yang berbeda karena anggarannya berubah menjadi Rp.100 juta," terang Solissa.
Namun menurut mereka, apa yang disampaikan Kades Neath itu mendapat penolakan dari HPPMN sebab Kades tidak berjalan berdasarkan kesepakatan awal dan angaran membeli lahan untuk pembangunan asrama pun tidak sesuai dengan RAB Desa.
"Kami mahasiswa menolak adanya pembelian lahan untuk pembangunan asrama, sebab mahasiswa menilai pembangunan yang dikerjakan tidak efektif. Di desa saja tidak efektif apalagi pembangunan yang di luar daerah," paparnya.
"Niat untuk pembelian lahan itu sudah di tolak keras oleh teman-teman bahwa tidak boleh beli lahan, namun kepala desa Neath tidak mengindakkan penolakan tersebut malah membeli lahan secara diam-diam tampa sepengetahuan teman-teman mahasiswa. Oleh sebab itu patut dipertanyakan tindakan Kades Anthon Nurlatu, ada apa sehingga Kades melakukan tindakan tersebut," tambahnya.
Mewakili suara hati teman-temannya, ia mengatakan bahwa HPPMN sangat kecewa dengan sikap kepala desa yang sama sekali tidak menunjukan sikap transparansi tentang pengunaan dana desa.
"Kades tidak transparan dalam masalah ini. Pembelian lahan itu juga di nilai tidak efektif karena terlalu jauh dari jangkauan umum, terlalu memakan biaya jika tinggal di asrama tersebut, fatalnya lagi lokasi itu tidak ada jaringan. Lebih baik tinggal di kos dari pada di asrama karena kalau di asrama itu biayanya sangat besar," tandasnya.
Sampai berita ini dikirim, Kepala Desa Neath, Anthon Nurlatu saat dikonfirmasi melalui pesan WhatsApp dan SMS tidak membalas. Saat ditelepon nomornya tidak dapat dihubungi. (OR/01)
Klik ☝ untuk mengikuti akun Google News Kami agar anda tidak ketinggalan berita menarik lainnya |