Namlea, Orasirakyat.com
Luapan kekesalan itu dilontarkan Nenek Jobe saat Wakil Ketua DPRD Buru, Djalil Mukaddar melakukan agenda reses bertempat di Balai Desa Skikilale, Kecamatan Waplau, Kabupaten Buru pada Minggu sore (20/3/2022).
Mewakili suara hati masyarakat Skikilale, Nenek Jobe yang datang ke Balai Desa ikut kegiatan reses Djalil Mukaddar, terlebih dahulu meminta agar Wakil Ketua DPRD Buru ini menyambung lidah kepada Pemerintah agar secepatnya membangun jalan menuju ke desa mereka.
Sejak tahun 2021 lalu, akses jalan darat ke Desa Skikilale terputus sepanjang tiga kilometer.
Kata Nenek ini dan juga masyarakat di sana, kalau jalan ke Skikilale sangat vital bagi kebutuhan masyarakat untuk memasarkan hasil bumi ke luar kampung.
"Hasil kebun seng (tidak) bisa dijual keluar karena tidak ada jalan yang bisa dilalui mobil, bahkan motor jua seng bisa," ungkap sang nenek.
Cilakanya, lanjut sang nenek, bila ada warga yang sakit dan ibu hamil yang mau melahirkan, kesulitan mendapat pertolongan karena akses jalan yang terputus.
"Kalau seng dibuka jalan, ibu hamil dan orang sakit bisa terjadi angka kematian," ceplos sang nenek.
Meluapkan kekesalan masyarakat di Skikilale, sang nenek ini menggertak akan menutup permanen akses pintu desa khusus terhadap pemerintah Kabupaten Buru.
"Labe bae Katong tutup jalan jua, pemerintah seng boleh datang di sini lai. Labe bae Katong orang tatua ini Pele jalan di Lao, pemerintah seng boleh naik di sini," gerah sang nenek dengan dialeg Ambon.
Diakhir suaranya, sang nenek kembali persoalkan apakah Desa Skikilale bukan bagian dari Indonesia, sehingga jalan saja diabaikan oleh pemerintah daerah.
"Mangkali Skikilale ini bukan negara Indonesia? Tapi Negara Luar Negeri," soalkan dia.
Luapan emosi sang nenek di akhir kalimatnya itu sontak mendapat tepukan riuh dari warga yang turut hadir ikut kegiatan reses Wakil Ketua DPRD Buru.
Suasana dialog dengan warga di sore hari itu berlangsung di Balai Desa yang belum rampung dan dalam suasana ruangan agak gelap akibat tidak ada penerangan lampu.
Walau dalam ruangan yang tidak ada penerangan, masyarakat tetap antusias bertemu Djalil Mukaddar dan harapannya hanya satu, minta dibuka jalan permanen menuju ke desa mereka.
Untuk mencapai Skikilale, Djalil Mukaddar yang akrab dipanggil Lilo ini juga sempat merasakan derita yang selama ini dirasakan masyarakat setempat. Ia harus berjalan kaki sejauh tiga kilometer untuk sampai di sana.
Pulangnya, juga harus berjalan kaki di tengah kegelapan malam dari desa tersebut untuk mencapai jalan utama baru lanjutkan lagi dengan kendaraan roda empat.
Menjawab pertanyaan wartawan soal satu permintaan untuk membuka akses jalan permanen hingga ke Desa Skikilale, Lilo menjelaskan, kalau pemerintah baru membuka jalan hanya beberapa ratus meter dari jalan utama ke Skikilale.
Namun akuinya, jalan itu kini sudah tertimbun longsoran, sehingga tidak bisa dilewati kendaraan.
Sebagai Wakil Ketua DPRD, ia akan kembali ke dewan dan akan membicarakan derita masyarakat di Skikilale ini dengan rekan-rekan wakil rakyat.
Kemudian mereka akan mendorong pihak eksekutif agar serius memperhatikan masalah jalan yang menjadi kebutuhan vital itu.
Untuk itu, dibutuhkan penyerapan anggaran membangun jalan serta jembatan yang memadai dan penanganannya juga harus menyeluruh.
Selama berjalan kaki tiga kilometer pada akses jalan yang terputus dilewati kendaraan, Lilo juga menyaksikan ada bentangan kayu gelontongan di atas sungai terjal sepanjang 20 meter agar bisa digunakan kendaraan roda dua melewati sungai.
"Jembatan ini sifatnya hanya sementara.Tapi sangat berisiko saat melintas di atas. Bila terperosok, pasti nyawa melayang," katanya ngeri. (OR/LTO)
Klik ☝ untuk mengikuti akun Google News Kami agar anda tidak ketinggalan berita menarik lainnya |