Adi Supriadi, Analis dan Pengamat Masalah Sosial Politik Keagamaan menanggapi pernyatanan Joko Wido bahwa saat ini dunia, termasuk Indonesia, dihadapkan pada kemungkinan kenaikan harga pangan dan energi yang signifikan.
“ Kalau bicara tidak mudah itu bagian dari upaya untuk mempengaruhi pikiran orang bahwa apa yang dilakukan Pemerintah itu sudah maksimal tapi tak berdaya, Apa betul naik dan tidak energi dan pangan diluar negeri harus ada informasi yang seimbang, jangan hanya dari Pemerintah “ Ujar Adi Supriadi menanggapi apa yang disampaikan Jokowi di Pembukaan Rapat Kerja Nasional V Projo Tahun 2022 di Kabupaten Magelang, pada Sabtu, 21 Mei 2022 lalu.
Sejauh ini apa kebijakan Pemerintah mengenai ketersediaan pangan dan Energi, itu yang dijelaskan detail kepada rakyat, bukan soal tidak mudahnya mengendalikan harga pangan dan energi.
“Seperti janji Jokowi mengenai minyak goreng, sejauh ini tidak ada realisasinya, Minyak goreng tetap tidak kembali ke harga normal, bahkan hanya Bansos minyak goreng, mau sampai kapan Bansos tersebut? Itu bukan kebijakan strategis, karena tidak mengubah apapun kecuali menambah anggaran Negara untuk Bansos “ Kata Adi Supriadi kepada Media, Selasa (24/05/2022)
Akvitis, Jurnalis dan Penggiat Media Sosial ini juga menjelaskan harus ada keseimbangan informasi terkait harga minyak goreng yang disampaikan Jokowi bahwa di Eropa sedang naik tinggi, Kita butuh pakar atau jurnal yang independen menyampaikan informasi tersebut, jika hanya dari Presiden ya yang percaya presiden kan tidak semua rakyat Indonesia “Karena, yang Kita butuhkan kerja nyata bukan kerja framing mempengaruhi opini publik, sehingga ikut berkata Wajar kalau Minyak Goreng Tetap Mahal atau Wajar jika ada Bansos Minyak Goreng, Mau Sampai Kapan ? ” Tanya Adi.
Pernyataan Presiden yang memaklumi produsen minyak goreng di dalam negeri lebih memilih mengekspor minyak goreng dibandingkan memasok di dalam negeri sehingga terjadi kenaikan harga minyak di dalam negeri karena kelangkaan stok, seperti bukan murni pernyataan murni, diduga titipan para Cukong Minyak Goreng.
Terkait Distopnya Ekspor Minyak Goreng dan ditangkapnya Mafia Minyak Goreng oleh Kejaksaan ini adalah upaya bagus penegagakan hukum, apakah berdampak pada Ekonomi misalnya kembali normalnya harga minya goreng belum terlihat sejauh ini.
“ Kita memuji dan mendukung penuh kejaksaaan dalam hal ini terkait penangkapan Mafia Minyak Goreng, Kita butuh dari Pemerintah bidang Ekonomi dan Perdagangan, ya Harga minyak Goreng kembali ke harga normal” kata Adi.
Adi Supriadi menyoroti pernyataan Jokowi yang berulang-ulang tentang bahwa mengelola masalah ini tidak mudah, jangan dipikir gampang, terkesan ingin mengajak Kita berfikir bahwa apa yang terjadi saat ini harus dimaklumi, jika demikian adanya, demi kepentingan siapa? Produsen Minyak Goreng ?.
“ Resiko menjadi Petugas Negara, ya ngurus masalah Negara. Masalah ini dan itu, tidak mudah ini dan itu merupakan tugas yang harus dihadapi, karena itulah Terpilih menjadi orang Nomor satu dalam mengurus masalah Negara ini ” kata Adi Supriadi.
Jokowi kembali berjanji harga minya goreng kembali harga belasan ribu, sejauh ini janji tersebut masih belum terlihat nyata, Minyak Goreng 1 Liter masih diangka 24 ribu rupiah.
“ Chek aja harga Minyak goreng saat ini, belum ada yang 14 Ribu sebagaimana Jokowi katakan, di Minimarket, Supermarket, Pasar masih berkisar 24 Ribu rupiah per liter” katanya.
Cukuplah Janji disampaikan pada saat Pemilu, sejatinya ketika sudah menjabat bukan janji lagi, bukan Opini lagi tetapi bukti nyata dari apa yang diupayakan untuk mengatasi masalah bangsa dan Negara ini, maka jika ada upaya, seberapa besar upaya yang dilakukan, dan sifatnya harus strategis bukan taktis. (*)
Klik ☝ untuk mengikuti akun Google News Kami agar anda tidak ketinggalan berita menarik lainnya |