Close
Close

Belasan Miliar Ludes, Air Bersih Di Pulau Marsela Tak Kunjung Selesai

Ambon, Orasirakyat.com
Masyarakat Kecamatan Pulau Marsela Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD) ternyata minum air lumpur.


Sebab, proyek air bersih untuk kesejahteraan Masyarakat MBD khususnya Pulau Marsela melalui proyek Sistim Penyediaan Air Minum (SPAM) yang dikerjakan PT. Surya Mas Perkasa, ternyata  tidak membuahkan hasil justru gagal total.


Proyek gagal total ini dengan alasan yang tak pasti dalam pengeboran air Bersih di pulau Marsela, maka di duga sangat berpotensi terjadi tindak pidana korupsi.


"Dengan demikian masyarakat pulau Marsela sampai detik ini belum menikmati air bersih. Berdasarkan fakta riil di lokasi tidak ada pengeboran air bersih, bahkan air yang di sedot dan di alirkan ke bak penampungan air  untuk di suplai ke desa - desa telah di pastikan bahwa air tersebut berasal dari air hujan yang masuk pada salah satu kolam hasil galian sirtu pada jalan lingkar pulau Marsela," akui Beni Kelabora, S.Pd, Ketua III Perkumpulan Masyarakat Kepulauan Babar (Pemaskebar) Pusat Seluruh Indonesia, kepada wartawan di Manise Hotel, Minggu (12/2/2023) saat melakukan pertemuan yang di hadiri oleh Ketua Umum Pemaskebar Pusat Seluruh Indonesia, Prof, Ir J.W Mosse, M.Sc, Ph.D, Pengurus Pemaskebar Pusat Seluruh Indonesia, Charles Anidla, dan Thenny Borlola.


Ironisnya, keterangan Kadis PUPR MBD dan mantan Camat Marsela, kalau warga setempat sudah mendapat air bersih, ternyata keterangan tersebut adalah  kebohongan belaka.


Menurut Kelabora, berdasarkan keterangan Kadis PUPR MBD dan mantan Camat Marsela, pihaknya mengkonfirmasi ke warga setempat untuk memastikan keterangan itu,  namun jawaban warga air itu diambil dari kolam bekas galian sirtu.


"Jadi air tidak higienis (kotor) karena sudah menyatu dengan lumpur yang sudah mulai kering," ungkapnya.


Sesuai pengakuan salah satu karyawan Bos PT. Surya Mas Perkasa Sejati, Handoyo, kalau pengeboran pindah ke titik lain, tapi tak kunjung dapat air. 


“Memang titik air terpusat di pemilik lahan. Tapi karena tidak diatur baik-baik pipa dan lahan di Sasi oleh pemilik lahan. Selanjutnya pengeboran terjadi dititik lain tapi tak kunjung dapat air, berpindah lagi ke titik yang lain sampai saat ini air belum di nikmati oleh masyarakat," jelasnya.


Berdasarkan sejumlah bukti yang di peroleh Pemaskebar, realita yang terjadi saat ini pipa air yang di tampung telah berkarat, bahkan Bak penampungan Air telah kering dan penuh Lumpur.

"Sangat di sesalkan, proyek yang menelan anggaran sebesar Rp 12.906.123.319 dikerjakan oleh PT. Surya Mas Perkasa Sejati, tahun 2021 lalu, pada kegiatan pengelolaan dan pengembangan SPAM, pembangunan air baku dikawasan rawan air Pulau Marsela (DAK penugasan) di Desa Nura, Kecamatan Pulau Marsela tidak membuahkan hasil," kesalnya.


Apakah, proses pengerjaan proyek SPAM asal-asalan dan berpotensi terjadi kerugian negara, pihaknya tidak berpikir melaporkan instansi teknis terkait maupun kontraktor.


"Kita tidak bicara masalah pidana. Kita inginkan bagaimana ada klarifikasi berita ini (soal warga Marsela sudah menikmati air bersih). Kita harap masyarakat tidak dibohongi," tegasnya.


Di tempat yang sama, manager Manise Hotel, Thenny Borlola mengatakan, setiap kontraktor yang mengerjakan proyek pemerintah mestinya Pemda MBD mengawal proyek itu hingga berdampak baik bagi masyarakat. 


“Pemda harus tahu bahwa selama ini warga Marsela, susah mendapat air bersih untuk diminum. Pak Bupati hanya mendapat laporan, tapi tangan pemerintah di lapangan yang harus mengawal proyek ini agar dikerjakan maksimal. Jangan sampai gagal,” paparnya 


Mestinya, proyek SPAM dengan dana “jumbo” itu tidak gagal kalau aparat pemerintah melakukan pendekatan kepada pemilik lahan agar ada proses ganti rugi. 


"Saya kira kalau datang bawa Sopi, selesai. Tapi  terlalu menggampangkan sesuatu. Padahal, masyarakat Marsela, sangat membutuhkan air bersih. Tapi karena tidak ada pendekatan yang baik lokasi titik air dan pipanisasi di Sasi, sudah di ketahui oleh semua orang bahwa titik sumber air itu ada di petuanan pendeta Warkey Desa Nura," terangnya.


Selanjutnya, di tempat yang sama lebih di pertegas lagi oleh mantan Pembantu Rektor yang dalam hal ini sebagai Ketua Umum Pemaskebar Pusat Seluruh Indonesia, Prof, Ir J.W Mosse, M.Sc, Ph.D.


 "Pemaskebar bukan Polisi, Jaksa, dan hakim. Pemaskebar adalah Ormas yang resmi, Ormas yang hidup di tengah masyarakat ikut merasakan susah senangnya  masyarakat. Pemaskebar tidak akan menutup mata terhadap kasus seperti ini," ungkapnya.


"Perlu di catat bahwa, karna kami ini rakyat maka Pemda tidak boleh melihat kami sebagai lawan, atau sebagai musuh tetapi harus melihat sebagai partner, sebagai mitra, dalam melihat kemajuan - kemajuan yang ada di desa," tambahnya.


Ia menegaskan, jika ada pihak - pihak yang merasa terganggu dengan adanya kehadiran Pemaskebar maka perlu di pertanyakan.


"Karena Pemaskebar hadir untuk memberikan solusi, saran dan sumbang pikiran, bahkan sumbang tenaga," tegas prof Mose.


Lebih di tegaskan lagi jangan ada pikiran miring yang terjadi untuk berpikir yang negatif tentang Pemaskebar, perlu diketahu, Pemaskebar disini bukan kaleng-kaleng,


"Kita punya ada AD/ART, akte notaris dan terdaftar di Kementerian Hukum dan HAM. Kehadiran Pemaskebar untuk mendiskusikan banyak hal demi kemajuan di MB," paparnya.


Lebih jauh Prof.Mose mengatakan, untuk perusahaan kontraktor kalau belum dapat air mesti PUPR MBD berikan penjelasan sesuai fakta di lapangan. Jangan membohongi publik, kalau belum dapat air, bilang belum, harus transparan kepada publik.


Untuk itu, pihaknya bersama rakyat Marsela, terus mengawal proyek SPAM agar warga menikmati air bersih dengan baik.


”Kita cari jalan keluar dan solusi. Pemda bekerja keras dengan dana sedikit. MBD belum kategori layak karena MBD masih daerah susah. Tapi  mesti dikelola dengan baik dan bijaksana," tambahnya.


Mestinya, Kadis PUPR buat dokumentasi air sudah jadi, karena jaman sekarang ini tidak bisa sembunyi fakta-fakta di lapangan. Sekarang orang di atas pohon kelapa sudah posting.


"Maka Pemda harus klarifikasi agar tidak jadi kontroversi di masyarakat. Ini sesuatu yang bertolak belakang. Kalau masyarakat bilang air belum jalan. Ini yang perlu dijelaskan. Bersyukur kalau benar air sudah jalan. Tetapi kenyataannya tidak ada air atau belum jalan," paparnya.


Dia berharap, masalah ini dapat di cari solusi dengan melakukan pendekatan dengan pemilik lahan yang ada potensi titik air.


"Kalau belum ada titik temu dengan pak pendeta harus dilakukan pendekatan agar masyarakat pulau Marsela  yang ada di kabupaten Bertajuk Bumi Kalwedo ini, dapat menikmati air bersih untuk kehidupan tiap tiap hari," pungkasnya. (JP)

Baca Juga
Klik ☝ untuk mengikuti akun Google News Kami
agar anda tidak ketinggalan berita menarik lainnya

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama