Namrole, Orasirakyat.com
Tahapary meminta keterbukaan Solissa selaku perpanjangan tangan Pemda Bursel untuk menjelaskan lebih jelas soal masalah di SD 01 Ambalau.
"Saya sangat tidak terima dengan pernyataan dimaksud karena tidak relevan dengan fakta yang sebenarnya. Beliau ( Kadis pendidikan-red) menyatakan bahwa terjadi proses belajar mengajar siswa - siswi SD Negeri 01 Ambalau di rumah-rumah warga karena sekolah tersebut di palang akibat adanya permasalahan keluarga," ucap Tahapary dalam rilis yang diterima media ini, Kamis (13/05/2023).
"Permasalahan keluarga seperti apa yang beliau maksudkan, harus dijelaskan dong biar masyarakat juga bisa tau permasalahan keluarga itu seperti apa?," tanya Tahapary.
Katanya, Kadis Pendidikan jangan membuat pernyataan ambigu yang membingungkan publik karena permasalahan ini sudah lebih dari dua tahun.
"Jangan kemudian masyarakat mauh di kambing hitamkan sehingga seakan - akan masyarakatlah penyebab atas segala persoalan ini untuk menutupi boroknya kinerja dinas karena lambat untuk mengatasi masalah tersebut," ujarnya
Ia menilai Kadis Pendidikan Bursel, Muhammad Ali Solissa lambat dan tidak mampu dalam menyelesaikan masalah pendidikan di SD 01 Ambalau.
"Kami menilai Dinas tidak becus dengan persoalan yang terjadi. Kalaupun itu ada persoalan keluarga yang mengakibatkan sekolah itu di palang, harusnya Pemda mengambil langkah di awal bukan sudah dua tahun lebih baru mau dipikirkan untuk mengambil langkah," ungkap Tahapary.
Sebab setahu Tahapary, sekolah tersebut di palang karena proses pembayaran lahan sekolah tersebut yang sampai saat ini belum diselesaikan oleh pihak Pemda Bursel, bukan karena persoalan keluarga yang mengakibatkan sekolah itu harus di palang.
"Pernyataan Kadis Pendidikan Bursel ini adalah cara untuk menutupi bobroknya kinerja Dinas," paparnya.
Dirinya berjanji akan mengawal masalah ini dan menunggu janji Solissa untuk menyelesaikan masalah di SD 01 Ambalau.
"Kami menunggu apa yang telah di janjikan oleh Kadis Pendidikan bahwa selesai lebaran segala proses terkait dengan sekolah SD Negeri 01 Ambalau itu akan diselesaikan. Kami minta jangan hanya mengumbar janji palsu, yang kami butuhkan itu progres nyata karena kasihan anak-anak kami sudah 2 tahun lebih sejak 24 Februari 2021 telah melakukan aktifitas belajar di rumah - rumah penduduk bahkan di halaman rumah penduduk," tandasnya.
Diberitakan sebelumnya, Kondisi sungguh memprihatikan di alami siswa-siswi Sekolah Dasar (SD) 01 Ambalau yang berada di Desa Elara, Kecamatan Ambalau, Kabupaten Bursel, Provinsi Maluku.
Pasalnya, sudah dua tahun lebih, sejak 24 Februari 2021 hingga saat ini para siswa tidak melakukan aktifitas belajar mengajar di bangunan sekolah mereka.
Hal ini mendapat sorotan dari sejumlah elemen termasuk Persatuan NUSAMBA Bursel yang tidak tegah melihat kondisi yang di alami oleh para siswa di sekolah tersebut.
Ketua NUSAMBA Bursel, Edwin Tahapary kepada wartawan di Namrole mengatakan hal ini harus menjadi perhatian penuh Pemda Bursel melalui Dinas Pendidikan di bawa komando Kadis Muh. Ali Solissa.
"SD 01 Ambalau bertempat di Desa Elara dengan siswanya sebanyak 102 orang dari tahun 2021 sampai 2023 tidak belajar di bangunan sekolah. Sekolah ini telah tutup sejak 24 Februari 2021 karena sengketa lahan, kondisi mereka sangat memprihatinkan," ucap Tahapary, Jumat (31/01/2023).
"Hal ini harus menjadi perhatian Ibu Bupati Safitri Malik Soulisa melalui Dinas Pendidikan yang saat ini di pimpin Muh. Ali Solissa. Jangan biarkan masalah lahan menjadi penghambat anak-anak kami mengenyam pendidikan," sambungnya.
Permasalahan SD 01 Ambalau menurut Tahapary sejatinya sudah disampaikan pihaknya dengan menyurati resmi ke Bupati Bursel untuk dapat menaruh perhatian khusus kepada permasalahan yang terjadi.
"Kami sudah menyurati ke Ibu Bupati agar Pemda dapat melihat hal ini secepatnya tapi tidak ada perkembangan apa-apa padahal ini menyangkut masa depan anak-anak, menyangkut masa depan generasi Bursel," ungkapnya.
Dengan kondisi itu, lanjut Tahapary, para siswa terpaksa melakukan aktifitas belajar mengajar di 6 rumah warga dengan pembagian satu rumah satu kelas.
"Sekali lagi kami minta kehadiran Pemda, ini sungguh memprihatinkan karena kondisi sekolah mereka sampai saat ini masih dipalang oleh pemilik lahan. Persoalan ini sudah lama tapi langka Pemda belum terlihat," ujarnya.
"Ini juga bagian dari keresahan masyarakat, apalagi kedepan para siswa akan mengikuti ujian. Apakah Ambalau tidak di perhatikan karena pulaunya tersendiri lalu yang di pulau besar saja yang permasalahannya dengan cepat ditanggulangi?," tanya Tahapary.
Selain Kehadiran Pemda Bursel dipertanyakan, Tahapary juga menyentil keberpihakan DPRD Bursel dalam menyikapi masalah sekolah tersebut.
DPRD dinilai lamban dan terkesan cuek dengan kondisi yang di alami para siswa SD 01 Ambalau.
"Kami juga pertanyakan DPRD sebagai penyambung suara rakyat. Apakah mereka tidak tauh atau pura-pura tidak tauh? hal ini kan seharusnya bisa disikapi dengan memanggil Kadis Pendidikan untuk dicari solusinya seperti apa jangan mengorbankan masa depan anak-anak kita. Mereka punya hak mendapatkan pendidikan dengan layak sesuai pasal 31 undang-undang 1945," tegasnya.
Lebih jauh dijelaskan, jika Pemda Bursel dan DPRD tidak menangani permasalah ini dan warga penyedia rumah bagi siswa belajar mulai jenuh maka sudah pasti masa depan generasi Bursel akan hancur.
"Kami tidak ada urusan dengan lahan yang kami inginkan adalah anak- anak dapat belajar di sekolah dengan baik, aman dan nyaman. Paling tidak langka pemerintah itu cepat karena mereka generasi Bursel. Jika
tuan rumah sudah jenuh dengan para siswa lalu siswa mau belajar dimana lagi, apakah ke pantai atau ke hutan, ini yang jadi pertanyaan," tambahnya.
Ia menegaskan, jika pihak Pemda Bursel dan DPRD tidak juga memperhatikan kepentingan siswa-siswi di sekolah tersebut, maka dalam waktu dekat pihaknya akan menyurati resmi ke Kemendikbud dan Komnas HAM.
"Pemda Bursel dan DPRD kalau masih diam maka dalam waktu dekat kami akan melayangkan surat resmi ke Kemendikbud dan Komnas HAM. Sebab jika langka ini tidak di ambil, kualitas generasi yang akan lahir dari sekolah ini bagaimana. Ini soal hak-hak generasi muda yang harus diperhatikan dan dijamin oleh negara. Bahasa kasarnya anak-anak di sana bisa dikatakan terzolimi karena tidak bisa belajar dengan nyaman. Yang kami inginkan anak-anak ini memiliki tempat belajar yang layak," tandasnya.
Terpisah, Kepsek SD 01 Ambalau, Abdullah Polpoke saat dihubungi membenarkan kondisi tersebut. Ia mengatakan dirinya sudah pernah menyampaikan hal ini kepada Kadis Pendidikan saat melakukan kegiatan di kecamatan Ambalau. Namun hingga saat ini tidak ada respon dari pihak dinas.
"Terkait masalah ini, saya dan UPTD Pendidikan Kecamatan Ambalau sudah menyampaikan ke Kadis Pendidikan berkali-kali tapi biasa-biasa saja dan tidak ada progres sampai saat ini," ujar Polpoke.
Tak sampai disitu, Polpoke juga pernah menyampaikan hal ini ke Kepala Dinas Keuangan Kabupaten Bursel, Syane Risampessy saat kegiatan penggunaan Dana BOS di kecamatan Ambalau dan saat itu direspon namun belum juga ada perkembangan.
"Saya juga sudah sampaikan hal ini ke Ibu Kadis Keuangan saat kegiatan penggunaan dana BOS dan saat itu direspons tapi sampai saat ini juga belum ada perkembangan, bahkan ada DPRD yang datang tapi sama saja. Sebagai pimpinan saya sangat kesulitan jika nanti warga yang rumahnya digunakan untuk proses belajar mengajar merasa jenuh, kami mau mengajar dimana? Ada balai desa tapi ada pro kontra. Sangat memprihatinkan kondisi kami," tuturnya.
Ia sangat berharap, Bupati Bursel bisa melirik kondisi memprihatinkan yang di alami para siswa di SD 01 Ambalau.
"Kondisi prihatin yang kami alami tidak tauh mau mengadu ke siap lagi. Saya Mewakili Guru dan para orang tua siswa meminta agar Bupati bisa melihat kondisi ini," pungkasnya.
Sampai berita ini dikirim Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bursel, Muh. Ali Solissa yang di konfirmasi belum membalas pesan Whatsapp yang di kirim. Saat ditelepon pun nomornya tidak dapat dihubungi. (Red)
Klik ☝ untuk mengikuti akun Google News Kami agar anda tidak ketinggalan berita menarik lainnya |