Namlea, Orasirakyat.com - Ketua MUI Kabupaten Buru yang juga Mantan Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Nakertrans) Kabupaten Buru, Ustad Harun Awad ikut menjadi bakal calon legislatif dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) untuk memperebutkan kursi DPRD Kabupaten Buru di Peligis tahun 2024 nanti.
Hal itu disampaikan langsung Ustad Harun Awad kepada media ini di Namlea, Rabu (24/5/2023). "Saya bergabung bersama teman-teman di PKS dan menjadi bacaleg dari daerah pemilihan I untuk pilegis DPRD Buru, " ungkap Harun Awad.
Harun Awad yang kesehariannya selalu disapa Ustad Harun itu , mengungkap pula kepada media dan publik di tanah bupolo, kalau dirinya pernah tersandung masalah saat masih menjadi Kadis Nakertrans Kabupaten Buru. Ia divonis bersalah dalam masalah proyek gedung Balai Latihan Kerja (BLK) di Desa Lala, Kec. Namlea dan pernah dihukum.
Walau kasusnya sudah lama, tapi hal itu perlu ia sampaikan lagi ke publik seraya menjelaskan kalau dirinya telah lama dibebaskan dan kini telah memantapkan langkahnya bersama PKS sebagai salah satu bacaleg.
Diceritakan oleh Harun Awad perihal masalah yang pernah dialaminya dan kesehariannya setelah bebas menjalani hukuman badan.
Hal itu berawal dari Pembangunan Gedung BLK di Kabupaten Buru. Kemudian Dana yang dicairkan langsung ke rekening perusahaan sebesar 65 persen dari total anggaran atau sebesar Rp. 1.929.485.162.
Namun sampai dengan batas waktu kontrak, Kontraktornya tidak dapat menyelesaikan hingga 100 persen dari nilai kontrak.
Kontraktor setelah dihubungi dan dicari sesuai alamat, tidak ditemukan, karena itu Harun berinisiatif melaporkan ke Polres Buru untuk mencari kontraktor yang bersangkutan.
Namun niat baiknya itu berbuah pahit, karena polisi menilai ada dugaan perbuatan penyalahgunaan jabatan, sehingga masalah itu dibawa ke ranah tindak pidana korupsi.
Ditambah lagi, kontraktornya telah meraup dana proyek sampai 65 persen, tapi tidak menyelesaikan fisik proyek sesuai anggaran yang telah diterima.
"Walaupun sebenarnya saya tidak menerima uang sama sekali dari pihak manapun, saya tetap dinyatakan bersalah melakukan tindak pidana sesuai putusan pengadilan negeri Ambon, nomor : 11/PID_SUS/2012/PN.AB tanggal 14 Agustus 2012, dengan pidana 1 tahun dan 8 bulan, dari tuntutan Jaksa 2 tahun 6 bulan," kenang mantan Kadis Nakertrans ini.
Dengan mengucapkan Alhamdulillah, selaku warga negara yang baik, Harun berbesar hati menerima hukuman itu. " Hukuman sudah saya jalani dan dinyatakan bebas pada 8 Agustus 2013, sesuai Surat Lepas dari Kepala Cab. Rutan Namlea, "ungkit Harun.
Rupanya ujian yang dialami Harun belum juga berakhir, karena kepada selaku ASN, dengan masa kerja kurang lebih 28 tahun dengan pangkat terakhir Pembina Tingkat I ( IV/b), ia mengaku telah diberhentikan dengan tidak hormat, sesuai Keputusan Bupati Buru Nomor : 862.1/17/Kep/2019. "Sehingga saya hanya mendapatkan TASPEN, tapi tidak mendapat gaji pensiun,"tutur Harun.
Tidak ingin bersedih dengan musibah beruntun yang itu, Harun juga tidak ingin menyeret pihak lain dalam masalah BLK ini. Ia menyatakan ikhlas menerimanya.
" Dengan sedikit pahaman ajaran Islam yang saya miliki, saya menyadari bahwa segala musibah yang terjadi pada seseorang atas izin dan kehendak Allah, sebagaimana firmannya dalam Al qur'an surat Attaghabun 64:11," sebut Harun.
Harun lalu bercerita lagi, kalau dirinya pernah mendengar nasihat dari guru-gurunya, jika seseorang diuji dengan suatu cobaan pertanda Allah cinta padanya dan sebagai isyarat yang bersangkutan akan diangkat derajatnya oleh Allah. Insya Allah.
Atas dasar itulah dan dengan segudang pengalaman di birokrasi, pernah menduduki jabatan eselon II, dengan izin Allah dan mengucapkan insya Allah, Harun menyatakan akan ikut serta berpartisipasi dalam pesta demokrasi sebagai calon anggota DPRD Kab. Buru yang masuk dalam Dapil 1.
"Dengan kendaraan yang saya tumpangi adah Partai Keadilan Sejahtera yang disingkat PKS, partai dengan nomor urut 8, dan Alhamdulillah, semua calon dari PKS sudah di daftarkan di KPU Buru pada tanggal 8 Mei 2023 lalu. Insya Allah, semoga berkiprah di DPRD, akan semakin luas medan dakwah, dan akan semakin berbuat untuk kepentingan ummat, "lantang Harun.
Bergabungnya Harun dengan PKS, tidak serta merta karena ada mau Pileg. Tapi menurut pantuan dia, kalau PKS dengan seluruh kadernya selama ini bekerja untuk melayani dengan ikhlas.
"Contoh sederhana, berapanya burung anak-anak kita yang dipotong melalui program khitanan masal, atau penyebaran hewan qurban setiap tahun. Sudah tidak terhitung berapa jumlah. Penerima manfaat dari program ini, bukan saja orang PKS, tapi setiap warga masyarakat yang insya Allah, mendapat keberkahan nya, "sambung Harun.
Bukan saja itu, dibidang pendidikan, kader-kader PKS, mengelolah sekolah dengan kualitas outputnya diatas rata-rata, mulai dari TK, SDIT dan SMPIT, mencetak generasi ummat yang berkualitas.
"Itu semua diselenggarakan dengan ikhlas, artinya tidak ada paksaan bagi wali murid untuk memilih PKS. Ini artinya apa? , PKS betul-betul bekerja untuk ummat bukan semata-mata mencari kedudukan," katanya mantap.
Ketika ditanya pengalaman apa yang didapatkan selama menjalani hukuman, dengan mengucapkan kata Alhamdulillah, Harun katakan, jika dijalani dengan lapang dada, maka hukuman seberat apapun terasa ringan.
Selama di lapas banyak pengalaman menarik yang dapatkan, ada teman yang sudah usia uzur tapi belum bisa ngaji dan sholat, alhamdulillah dengan bimbingan petugas lapas mereka mulai belajar ngaji dan belajar bacaan-bacaan sholat.
"Saat menjalani hukuman ada teman saya meminjamkan kepada saya sebuah buku dengan judul LA TAHZAN (buku yang populer saat itu). Buku ini yang kemudian menjadi inspirasi bagi saya untuk memulai perbanyak hafalan Al qur'an, karena waktu luang begitu banyak di Lapas, "cerita Harun.
Walau bukan jebolan pesantren, Harun Awad yang juga alumni Unpati dan menyandang gelar sarjana pertanian jurusan peternakan ini, kesehariannya sangat kwntal dengan ilmu dan pengetahuan agama, sehingga ia juga selalu dipanggil ustad Harun.
Iapun terus berkisah, saat masih kecil di Desa Waesili, orang tuanya mendatangkan guru Agama yang kemudian membuka sekolah Maderasah Ibtidaiyah Al Hilaal. Dari sana Harun belajar dan pengetahuan agama mulai tertanam saat itu disamping belajar juga di SD Al Hilaal Waesili.
Saat menuntut ilmu di Ambon mulai dari SMP Muhammadiyah hingga SMPP di Lateri, kemudian kuliah di Unpatti Ambon, (mulia tahun 1976 SD 1990), tempat mangkal Harun sehari-hari di Mesjid Al Fatah Ambon.
Harun terus belajar ilmu agama dari guru-gurunya. Ada yang kini sudah almarhum diantaranya, .alm KH. As Asri, alm. KH. Ali Fauzi dan alm. KH. AZIZ Arbi, "Semoga Allah ampuni dosa mereka Allah terima amal ibadah mereka dan Allah lapangkan kuburan mereka, " do'ain Harun.
Tidak hanya itu, dengan pengalaman berorganisasi di Muhammadiyah mulai dari IPM, IMM, PEMUDA MUHAMMADIYAH, ikut menuntun Harun untuk mengaplikasi dan berbagi ilmu dengan teman remaja.
Di tahun 80an-90an Mesjid Al Fatah sebagai sentral pembinaan remaja, hampir setiap pekan diselenggarakan ceramah dan kajian ajaran islam, dan Harun selalu terlihat di sana.
"Mungkin karena punya pengetahuan agama sedikit ini teman-teman mempercayakan saya untuk menjadi ketua MUI Kab. Buru, " tanggap Harun.
Harun juga pernah mengabdi sebagai tenaga guru honor di SMP Muhammadiyah Ambon antara tahun 1983-1990 (kuliah sambil mengajar) dan pernah membuka TPQ dan menjadi guru ngaji di Mesjid Al Fatah.
Ditanya sebagai ketua MUI, apa yang sudah dilakukan dan bagaimana kondisi keummatan saat ini?, ia lalu bertutur, kalau MUI adalah wadah tempat berhimpun para pakar dari berbagai disiplin ilmu, yang bukan saja ilmu agama.
Dengan segala keterbatasan yang dimiliki, MUI baru bisa laksanakan kegiatan di seputar Kecamatan Namlea dan Kecamatan Lilialy.
Diantara kegiatan yang bisa dilaksanakan tanpa biaya adalah PROGRAM MUI MENYAPA UMMAT, dengan mengirim para dai untuk tausiyah dari mesjid ke Mesjid, selama ramadhan 1444 H, dari 18 tenaga Dai, bisa mengunjungi 36 mesjid. Insya Allah kegiatan ini akan dilanjutkan diluar Ramadhan.
Dijelaskan, kalau secara umum aktifitas ibadah ummat Islam di Kota Namlea, terjadi peningkatan. Sedangkan di Desa-desa menurun tajam.
Frekwensi umat yang datang ke mesjid untuk sholat masih sangat sedikit dibandingkan dengan jumlah ummat Islam dan daya tampung mesjid.
Belum lagi masih maraknya, kemaksiatan seperti pelaku khamar judi dan zina masih banyak yang bertebaran, baik di desa hingga di kota.
Bahkan yang sangat memprihatinkan adalah tingginya kasus pencabulan bahkan terhadap anak di bawah umur. (LTO)
Klik ☝ untuk mengikuti akun Google News Kami agar anda tidak ketinggalan berita menarik lainnya |