Namlea, Orasirakyat.com
Saat media ini mengunjungi Desa Lemon Poli, Kamis (30/5/2024), Kepala Desa Lemon Poli, Riyan Waemese mengaku ia dan warganya sudah dapat menikmati aliran Listrik dari pemerintah yang bersifat umum (PLN,red).
"Kami merasa bersyukur karena memang sejak Indonesia merdeka hampir 80 tahun kami belum pernah merasakan penerangan listrik dari PLN.
Tapi saat ini sudah bisa merasakannya sama seperti masyarakat di desa pesisir yang sudah berpuluh tahun lebih dulu menikmatinya,"tutur Riyan Waemese meluapkan rasa senangnya.
Dia bercerita, bahwa selama ini warga desa hanya mengandalkan penerangan seadanya, seperti petromaks, dan lampu buatan sendiri, yaitu botol yang diisi minyak tanah dengan sumbu terbuat dari sobekan kain.
Itupun tidak setiap hari bisa dinikmati warganya, karena bahan bakar minyak tanah hanya ada di desa-desa pesisir yang dapat mereka tempuh berjalan kaki puluhan kilometer dengan medan terjal naik turun gunung.
Pada saat perampungan telah dapat didatangi kendaraan angkutan darat roda empat sejak tahun 2015 lalu, mereka juga tetap alami kesulitan dalam hal penerangan listrik.
Kalau ada keseriusan dan perhatian, mestinya aliran listrik ke perkampungan di pedalaman Buru ini sudah dapat dibangun minimal sejak Kabupaten Buru mekar di tahun 1999 lalu.
Sebab, jarak Desa Leman Poli dengan kota Kecamatan Fenalisela juga hanya sekitar 38 kilometer. Tidak terlalu jauh tentunya.
Namun Kini masyarakat bisa bernafas lega, karena pemerintah sudah membangun jaringan listrik masuk ke Pedalaman Rana.
Ada beberapa desa telah dilewati jaringan ini, dan di tahun 2023 lalu telah memasuki perkampungan warga di Desa Lemon Poli dan dua anak dusunnya, Walsekat dan Manapito.
Pengamatan saat di lapangan, PT PNS ternyata hanya membangun jaringan . Sedangkan sambungan ke rumah warga belum ada.
Apalagi memasang instalasi jaringan dalam rumah, juga tidak ada.
Lantas kenapa di Lemon Poli dan dua anak dusun, di rumah warga telah ada penerangan listrik PLN? dan pak Kades pun melanjutkan cerita, kalau warganya memang belum terlalu mampu membayar lunas pemasangan instalasi dan meteran 900 Watt di rumah.
Sekalipun warganya saat itu ada beruang karena baru selesai menjual hasil panen coklat dan sebagainya, namun mereka tetap harus mendahulukan dua kebutuhan dasar sandang pangan dan pendidikan anak-anak.
Ada banyak anak dan remaja dari sana yang telah disekolahkan ke kota, bahkan kuliah, karena di kampung sendiri hanya ada satu SD. Itupun, pelayanan pendidikannya sangat minim.
Akhirnya pemerintah desa putuskan menalangi seluruh kebutuhan penyambungan sampai lampu menyala ke rumah warga dan dibiayai oleh Dana Desa (DD).
Hampir seluruh rumah telah terang benderang. Hanya ada beberapa lagi yang masih menunggu dipasangi meteran PLN sehingga baru bisa menyala.
Yang belum menyala, pak kades meminta warganya bersabar sambil menunggu petugas PLN datang lagi membawa meteran listrik."Kami dari pemerintahan desa yang akan memikul tanggungjawab penyambungan ke rumah warga ,"ucapnya mantap.Bantuan ini patut disyukuri bahwa sudah puluhan tahun menikmati kegelapan dan kini warga sudah bisa menikmati penerangan.
“Jadi habis gelap terbitlah terang,” ujar Riyan Waemese.
Keberadaan listrik PLN yang menyala 1x24 jam ini juga turut membuka jendela dunia maya yang benar-benar baru dirasakan dua bulan terakhir ini oleh warga.
Jadi janganlah heran, bila pendatang yang mampir di sana, menyaksikan anak remaja dan para orang tua yang sedang bermain handphone android.
Kata Sekdes Lemon Poli, Hendro Waemese, sebetulnya sejak empat tahun lalu telah ada bantuan peralatan satelit internet langsung dari Kantor Kementrian Kominfo sebanyak dua paket. Satu dipasang di desa induk dan satunya lagi dipasang Walsekat.
Hanya saja benda berharga ratusan juta itu belum mampu diakses untuk membuka jendela dunia oleh warga karena kendala aliran listrik.
Dua tahun setelah itu, Kementrian Infokom juga membangun tambahan satu jaringan Telkomsel berkapasitas rendah yang ditaruh di Kampung Baru Desa Lemon Poli.Namun mulai terpasang, warga juga tidak terlalu leluasa memanfaatkannya, akibat kendala aliran listrik, minimal untuk mencharge handphone.Tapi sejak dua bulan terakhir ini, saat rumah warga sudah teraliri listrik, mereka benar-benar rasakan dari gelap terbitlah terang.
Anak anak remaja sudah pintar berselancar dengan handphone . Mereka dan para orang tua sudah bisa menelpon keluarga yang merantau . Begitu sebaiknya.
"Apa yang terjadi di belahan dunia sana, kita yang ada di kampung pedalaman yang dikelilingi pegunungan hijau dan sungai-sungai juga bisa tahu dengan cepat lewat handphone android,"ujar Hendro.
Riyan ikut menimpal, sejak warganya mulai ramai berselancar menggunakan fasilitas Telkomsel, akses berkomunikasi untuk mencari tahu dunia luar, terkadang ada hambatan. "Jaringannya suka Lola(rewel),"kekeh Riyan.
Hendro sangat melek internet, ia pernah berkuliah Universitas Pattimura Ambon. Setelah tamat, ia lebih memilih pulang kampung guna memulai membangun kampung halamannya sendiri.
Riyan dan Hendro bertekad, dalam beberapa tahun kedepan Lemon Poli harus berdiri sejajar dengan desa pesisir.Desa ini punya potensi hasil alam yang melimpah. Di bidang perkebunan, mereka punya coklat, durian dan Langsat manis.
Kini warganya juga sedang giat menanam pala dan cengkeh. (Lili Tan Ohorella)
Klik ☝ untuk mengikuti akun Google News Kami agar anda tidak ketinggalan berita menarik lainnya |