Namlea, Orasirakyat.com - DPRD Kabupaten Buru mendesak segera dilakukan audit investigasi proyek pembangunan Bendungan Waeapo di Kabupaten Buru, Provinsi Maluku, menyusul jebolnya proyek tersebut yang menyebabkan banjir bandang melanda 12 perkampungan warga pada Jumat lalu (5/7/2024).
Wakil Ketua DPRD Buru asal PKB, Djalil Mukaddar kepada awak media Senin siang (8/7/2024) menegaskan, diduga akibat jebolnya proyek Bendungan Waeapo yang menyebabkan banjir terparah sehingga ratusan kepala keluarga terpaksa mengungsi.
Tidak hanya itu, ratusan hektar sawah yang telah menguning juga terendam dan dipastikan akan bakal gagal panen. Belum lagi puluhan hektar lahan holtikultura yang juga gagal panen.
"Banyak sekolah juga terendam banjir.Ini kejadian luar biasa yang baru pertama kali terjadi dan menimpa banyak desa. Kejadian luar biasa ini kini mengancam perekonomian warga setempat,"tegas Djalil.
Djalil heran, masalah tersebut bisa terjadi, mengingat Proyek Jokowi – Ma’aruf Amin itu seharusnya bisa mengantisipasi bencana yang terjadi akibat alam seperti hujan deras dan lainnya.
Untuk itu, sekali lagi atas nama DPRD Kabupaten Buru, Djalil meminta segera dilakukan audit investigasi langsung ke lapangan di proyek Bendungan Waeapo.
Proyek Strategis Nasional yang dimulai sejak Januari 2018 lalu telah menghabiskan anggaran sebesar Rp. 2 triliun lebih. Namun hingga kini belum juga selesai, bahkan dikabarkan diduga jebol pada Jumat lalu (5/7/2024).
"Saya selaku wakil ketua DPRD meminta, proyek Bendungan Wayapo diaudit investigasi oleh BPK, BPKP, Kejaksaan Tinggi, dan Krimsus Polda Maluku. Karena alasan curah hujan sangat tidak tepat oleh Balai Wilayah Sungai,"tandas Djalil.Djalil mencurigai ada aspek perencanaan dan pekerjaan yang tidak beres, sehingga terjadi jebol di proyek tersebut."Ada aspek perencanaan dan pekerjaan yang tidak beres,"ungkit Djalil.
Sementara itu, melalui pesan beranting di WA, sejumlah kaum millenial mengatasnamakan Suara Pemuda Maluku, menyampaikan salam terbuka kepada Presiden Jokowi dan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, kiranya dapat melakukan peninjauan pada lokasi bendungan Waeapo.
"Kiranya mendapat perhatian agar dapat diselesaikan dengan cepat. Agar tidak terus-menerus mengorbankan masyarakat Waeapo Kabupaten Buru,"pinta Suara Pemuda Maluku.
Akademisi Universitas Iqra Buru (Uniqbu) ikut menyoal mengapa terjadi over load air di bendungan.
Belajar dari pengalaman jebolnya bendungan Waela di Desa Negeri Lima l, Kecamatan Leihitu, Maluku Tengah, lanjut Ely, semestinya pekerjaan bendungan di Waeapo tidak hanya melibatkan pekerjaan fisik semata.
Harusnya ahli klimatologi mampu merekomendasikan perencanaan bangunan fisik yang bisa membendung debit air tertinggi, curah hujan tertinggi dalam situasi ekstra ordinary dari berbagai simulasi terburuk sekalipun. "Apalagi bendungan multifungsi ini digadang-gadang sebagai yang terbesar di Maluku untuk kemaslahatan manusia, bukan untuk menampung dan membanjiri alam dan warga,"semprot Ely. (LTO)
Klik ☝ untuk mengikuti akun Google News Kami agar anda tidak ketinggalan berita menarik lainnya |