Namrole, Orasirakyat.com
Penjemputan ini berlangsung di gedung serbaguna Pemda Bursel, desa Kamlanglale, Kecamatan Namrole.
Sekda Bursel, Ruslan Makatitta saat membacakan sambutan Bupati Bursel menyampaikan terima kasih kepada penyelenggara haji yang telah membantu dan memfasilitasi jamaah haji dari keberangkatan hingga kembali lagi ke kabupaten Bursel dengan lancar.
Dikesempatan itu Makatitta, juga menyampaikan turut berbelasungkawa atas meninggal satu orang jemaah haji asal desa Oki Lama, La Hamiu La Bandara Wance.
"Kemarin kami mendengar bahwa ada jamaah haji yang tergabung dalam kloter 32 bernama La Hamidi La Bandara meninggal dunia, untuk itu Bupati dan Pemda turut berbelasungkawa dan berdukacita, semoga almarhum diampuni segala dosa dan amal ibadahnya diterima," ucapnya.
Makatitta menjelaskan, ibadah haji tidak seperti ibadah lainnya karena ibadah haji harus bagi orang yang mampu secara fisik dan secara finansial.
Untuk itu, para jamaah yang telah menjadi haji diharapkan bisa meraih derajat haji yang Mabrur dan Mabruroh.
"Dengan gelar haji yang telah disandang, diharapkan bapak/ ibu tetap Istiqomah dalam beribadah dan tetap tawadhu karena gelar haji dan hajijah tersebut merupakan tanda syukur bahwa ibadah haji yang dilakukan itu penuh dengan perjuangan lahir batin, fisik, rohani dan jasmani," ujar Sekda.
"Gelar haji yang disandang hendaknya menjadikan bapak/ ibu untuk berprilaku lebih baik di tengah masyarakat," tambahnya.
Tak sampai disitu, Ia juga berpesan kepada kaum muda khusunya umat muslim yang ingin menunaikan ibadah haji untuk mempersiapkan diri dengan baik jika berencana untuk menunaikan ibadah haji.
"Ibadah haji merupakan ibadah yang membutuhkan fisik, jua butuh pikiran dan hati yang sehat semata namun butuh sehat lahir dan batin," tandasnya.
Sementara itu, ketua rombongan jamaah haji kabupaten Bursel tahun 2024, Hj. Masrudin Solissa kepada awak media menyarankan agar kedepan Pemda Bursel dan Kemenag kabupaten Bursel bisa menyediakan tenaga kesehatan dan tenaga pembimbing ibadah dan tidak berharap kepada pemerintah provinsi.
Hal ini disampaikan sebab menurut Solissa, satu orang pembimbing ibadah tidak bisa menangani 450 jemaah yang tergabung dalam satu kloter.
"Untuk itu, keinginan kami seperti kabupaten-kabupaten yang lain harus ada satu tenaga kesehatan dan satu tenaga pembimbing ibadah sehingga jamaah bisa terkontrol dengan baik dan tidak mengantri saat beribadah di Mekah maupun Medina," tutur Solissa.
Adapun tenaga kesehatan dan tenaga pembimbing ini menurut Solissa harus yang profesional dan ahli dalam bidangnya masing-masing.
"Jadi rekomendasi kami itu kalau dokter harus ahli atau spesialis jang bidan atau mantri sebab jamaah ini memiliki penyakit yang berbeda-beda dan krusial maka harus yang profesional. Jadi itu saran kami," tandasnya. (AL)
Klik ☝ untuk mengikuti akun Google News Kami agar anda tidak ketinggalan berita menarik lainnya |