Dalam pidatonya, Presiden Prabowo menggarisbawahi kedekatan sejarah antara Indonesia dan Turki yang telah terjalin sejak abad ke-16, bahkan jauh sebelum hubungan diplomatik resmi dibentuk pada 1950. Ia mengingatkan bahwa ikatan kedua negara sudah terpatri sejak masa perjuangan, di mana Turki mengirimkan perwira militer untuk membantu Indonesia melawan penjajah Portugis.
“Hubungan Indonesia dan Turki bukan hanya sekadar kemitraan strategis, tapi bersumber dari sejarah panjang perjuangan dan solidaritas,” ujar Presiden Prabowo dengan penuh semangat.
Lebih jauh, Presiden Prabowo menekankan pentingnya peran Indonesia dan Turki dalam memperkuat solidaritas global, khususnya dalam memperjuangkan nilai-nilai keadilan dan kesetaraan di tengah tatanan dunia yang terus berubah. Sorotan utama pidato beliau tertuju pada krisis kemanusiaan di Palestina.
“Dunia menyaksikan genosida di Gaza, namun banyak negara besar memilih diam. Indonesia dan Turki memilih bersuara. Kita berdiri bersama rakyat Palestina sampai mereka merdeka,” tegas Prabowo, yang disambut tepuk tangan meriah dari parlemen.
Sebagai kelanjutan dari kunjungan ini, Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia akan menandatangani perjanjian kerja sama dengan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Turki. Salah satu fokus utamanya adalah kerja sama di bidang perfilman, termasuk produksi film yang mengangkat kisah sejarah hubungan Indonesia–Kekaisaran Ottoman. Proyek ini diharapkan dapat menjadi jembatan literasi sejarah bagi generasi muda serta memperkuat diplomasi budaya kedua negara.
Kunjungan kenegaraan ini bukan hanya simbol hubungan diplomatik yang kuat, tetapi juga komitmen nyata untuk membangun masa depan bersama berdasarkan nilai sejarah, kemanusiaan, dan solidaritas global. (OR-AAA)
 |
| Klik ☝ untuk mengikuti akun Google News Kami agar anda tidak ketinggalan berita menarik lainnya |